Minggu, 02 November 2008

Putera Sampoerna

  
 ► e-ti/tempo 
 Nama
Putera Sampoerna
Lahir
Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947 
Isteri:
Katie
Anak:
Michael Sampoerna
Ayah:
Aga Sampoerna (Liem Swie Ling)
Kakek:
Liem Seeng Tee

Pekerjaan
- CEO PT Sampoerna Strategic
- Presiden Komisaris PT HM Sampoerna

Pendidikan
 - Diocesan Boys School, Hong Kong
- Carey Grammar High School, Melbourne
- University of Houston, Texas, AS
 
Kegiatan lain


Alamat:



 
 

 

Penjemput Pasar Masa Depan

 

Putera Sampoerna, mengguncang dunia

bisnis Indonesia dengan menjual seluruh

saham keluarganya di PT HM Sampoerna

senilai Rp18,5 triliun, pada saat

kinerjanya baik. Generasi ketiga keluarga

Sampoerna yang belakangan bertindak

sebagai CEO Sampoerna Strategic,

ini memang seorang pebisnis visioner

yang mampu menjangkau pasar masa depan.

 

Berbagai langkahnya seringkali tidak

terjangkau pebisnis lain sebelumnya.

Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)

dalam dunia bisnis. Sehingga pantas saja

Warta Ekonomi menobatkan

putra Liem Swie Ling (Aga Sampoerna)

ini sebagai salah seorang Tokoh Bisnis

Paling Berpengaruh 2005. Sebelumnya,

majalah Forbes menempatkannya dalam

peringkat ke-13 Southeast Asia’s 40

Richest 2004.

 

Putera Sampoerna, pengusaha Indonesia

kelahiran Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947.

Dia generasi ketiga dari keluarga Sampoerna

di Indonesia. Adalah kakeknya Liem Seeng Tee

yang mendirikan perusahaan rokok Sampoerna.

Putera merupakan presiden direktur ketiga

perusahaan rokok PT. HM Sampoerna itu.

Dia menggantikan ayahnya Aga Sampoerna.

 

Kemudian, pada tahun 2000,
Putera mengestafetkan kepemimpinan
operasional perusahaan (presiden direktur)
kepada anaknya, Michael Sampoerna.
Dia sendiri duduk sebagai Presiden Komisaris
PT HM Sampoerna Tbk, sampai saham
keluarga Sampoerna (40%) di perusahaan
yang sudahgo public itu dijual kepada
Philip Morris International, Maret 2005,
senilai Rp18,5 triliun.

Pria penggemar angka sembilan,
lulusan Diocesan Boys School,
Hong Kong, dan Carey Grammar High School,
Melbourne, serta University of Houston,
Texas, AS, itu sebelum memimpin
PT HM Sampoerna, lebih dulu berkiprah
di sebuah perusahaan yang mengelola
perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia.
Kala itu, dia bermukim di Singapura bersama
isteri tercintanya, Katie, keturunan Tionghoa
warga Amerika Serikat.

Dia mulai bergabung dalam operasional
PT. HM Sampoerna pada 1980.
Enam tahun kemudian, tepatnya 1986,
Putera dinobatkan menduduki tampuk
kepemimpinan operasional PT HAM Sampoerna
sebagai CEO (chief executive officer)
menggantikani ayahnya, Aga Sampoerna.

Namun ruh kepemimpinan masih saja

melekat pada ayahnya. Baru setelah ayahnya

meninggal pada 1994, Putera benar-benar

mengaktualisasikan kapasitas kepemimpinan

dan naluri bisnisnya secara penuh.

Dia pun merekrut profesional dalam negeri

dan mancanegara untuk mendampinginya

mengembangkan dan menggenjot

kinerja perusahaan.


Sungguh, perusahaan keluarga ini dikelola
secara profesional dengan dukungan
manajer profesional. Perusahaan ini juga go public,
sahamnya menjadi unggulan di bursa efek Jakarta
dan Surabaya. Ibarat sebuah kapal yang
berlayar di samudera luas berombak besar,
PT HM Sampoerna berhasil mengarunginya
dengan berbagai kiat dan inovasi kreatif.

Tidak hanya gemilang dalam melakukan

inovasi produk inti bisnisnya, yakni rokok,

namun juga berhasil mengespansi peluang

bisnis di segmen usaha lain, di antaranya

dalam bidang supermarket dengan mengakuisi

Alfa dan sempat mendirikan

Bank Sampoerna akhir 1980-an.

 

Di bisnis rokok, HM Sampoerna adalah pelopor
produk mild di tanah air, yakni rokok rendah
tar dan nikotin. Pada 1990-an,
itu Putera Sampoerna dengan kreatif
mengenalkan produk rokok terbaru: A Mild.
Kala itu, Putera meluncurkan A Mild
sebagai rokok rendah nikotin dan “taste to the future”,
di tengah ramainya pasar rokok kretek.
Kemudian perusahaan rokok lain mengikutinya. 
 
Dia memang seorang pebisnis visioner
yang mampu menjangkau pasar masa depan.
Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau
pebisnis lain sebelumnya. Dia mampu
membuat sensasi (tapi terukur)
dalam dunia bisnis. Langkahnya yang paling
sensasional sepanjang sejarah sejak HM Sampoerna
berdiri 1913 adalah keputusannya menjual
seluruh saham keluarga Sampoerna
di PT HM Sampoerna Tbk (40%) ke
Philip Morris International, Maret 2005.

 

Keputusan itu sangat mengejutkan pelaku
bisnis lainya. Sebab, kinerja HM Sampoerna
kala itu (2004) dalam posisi sangat baik
dengan berhasil memperoleh pendapatan
bersih Rp15 triliun dengan nilai produksi
41,2 miliar batang. Dalam posisi ketiga
perusahaan rokok yang menguasai pasar,
yakni menguasai 19,4% pangsa
pasar rokok di Indonesia,
setelah Gudang Garam dan Djarum. 
 

Mengapa Putera melepas perusahaan

keluarga yang sudah berumur lebih

dari 90 tahun ini? Itu pertanyaan yang muncul

di tengah pelaku bisnis dan publik kala itu. 

 

Belakangan publik memahami visi

Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005

versi Majalah Warta Ekonomi ini

((Warta Ekonomi 28 Desember 2005).

Dia melihat masa depan industri rokok

di Indonesia akan makin sulit berkembang.

Dia pun ingin menjemput pasar masa depan

yang hanya dapat diraihnya dengan

langkah kriatif dan  revolusioner dalam bisnisnya.

Secara revolusioner dia mengubah bisnis intinya

dari bisnis rokok ke agroindustri dan infrastruktur.


Hal ini terungkap dari langkah-langkahnya
setelah enam bulan melepas saham
di PT HM Sampoerna. Juga terungkap dari
ucapan Angky Camaro,
orang kepercayaan Putera: “Arahnya memang
ke infrastruktur dan agroindustri.”

 

Terakhir, di bawah bendera PT Sampoerna

Strategic dia sempat berniat mengakuisisi

PT Kiani Kertas, namun untuk sementara

dia menolak melanjutkan negosiasi

transaksi lantaran persyaratan yang

diajukan Bank Mandiri dinilai tak sepadan.

Dia pun dikabarkan akan memasuki bisnis jalan tol,

jika faktor birokrasi dan kondisi sosial politik kondusif.

 

Tidak ada komentar: