Minggu, 02 November 2008

WILLIAM SOERJADJAJA



 
  
 ► e-ti/sp 
 Nama
William Soerjadjaja
Panggilan:
Om William
Lahir
Majalengka, 20 Desember 1923
Isteri:
Lily Anwar (Nikah di Bandung, 15 Januari 1947
Anak:
- Edward (21 Mei 1948)
- Edwin (17 Juli 1942)
- Joyce (14 Agustus 1950)
- Judith (14 Februari 1952)

Jabatan:
Presiden Komisaris SIMA (PT Siwani Makmur Tbk)

Alamat:
PT Siwani Makmur Tbk
Jalan Teluk Betung No 38, Jakarta 10230 
Tel. : (62-21) 230 2257
Fax. : (62-21) 230 2245 

Factory :
Jl. Gedong Panjang Ujung 12 B, Muara Baru, Jakarta 14440
Tel. : (62-21) 6600976
Fax : (62-21) 6600011

 
 
   

► Selamat datang di situs gudang pengalaman  ► Thank you for visiting the experience site  ► TOKOHINDONESIA DOTCOM  ► Biografi Jurnalistik   ► The Excellent Biography  ► Database Tokoh Indonesia terlengkap yang tengah dikembangkan menjadi Ensiklopedi Tokoh Indonesia online  ► Anda seorang tokoh? Sudahkah Anda punya "rumah pribadi" di Plasa Web Tokoh Indonesia?  ► Silakan kirimkan biografi Anda ke Redaksi Tokoh Indone

 Ketulusan Tapian Panutan

Pendiri PT Astra Internasional dan
Presiden Komisaris SIMA
(PT Siwani Makmur Tbk), kelahiran
Majalengka 20 Desember 1923,
ini seorang anak manusia pilihan yang
menyerahkan semua impian dan
cita-dukanya kepada Sang Pencipta
yang Alfa dan Omega.
 William Soerjadjaja yang akrab dipanggil
Oom Willem adalah taipan panutan yang
tulus mencintai bangsanya.

Impian adalah sebuah kekuatan awal yang
tidak mudah mewujudkannya. Tapi banyak
orang yang mencapai sukses yang bermula
dari suatu impian. Salah satu yang berhasil
mewujudkan impiannya adalah
William Soeryadjaya, pendiri
PT Astra Internasional. Ia seorang anak
manusia yang menyerahkan semua
impiannya kepada Tuhan. Dan, ia telah
meraih impian-impiannya.

 

Kendati, dalam romantika pencapaian 

impiannya, ia juga mengalami jatuh-bangun, 

ia tetap bersujud kepada Tuhan, 

Sang Pencipta yang Alfa dan Omega.

Salah satu mimpinya yang terwujud 

gemilang adalah PT Astra Internasional. 

Hanya dalam tempo 13 tahun sejak 

berdirinya PT Astra Internasional pada 

tahun 1957, tak kurang dari 72 perusahaan 

telah bernaung di bawah bendera grup 

tersebut. Di akhir tahun 1992, jumlah itu 

telah merambah menjadi sekitar 300 

perusahaan yang bergerak di berbagai 

sektor, tidak hanya dalam sektor otomotif 

tetapi juga sektor keuangan, perbankan, 

perhotelan dan properti.

Mimpi ini bermula sejak Oom Willem 

menjalani masa kecil dan remajanya 

di Majalengka, Cirebon. Jiwa wiraswasta 

dari sang ayah, yang mengalir di dalam 

dirinya dari usia dini, telah menempanya 

ulet, cerdas, inovatif dan peka atas 

nalurinya dalam meniti bisnis demi bisinis. 

Dari berdagang hasil bumi dan minyak 

goreng di Jawa Barat, dan berdagang kacang 

dari Bandung ke negeri Belanda pada 1947, 

semasa studi di negeri kincir angin itu, 

Oom Willem tidak kenal kata menyerah. 

Ia ulet, bekerja keras dan berdoa.

Pengalaman jatuh-bangun pastilah dialami 

setiap orang pebisnis. Demikian juga halnya 

pengalaman Oom Willem. Namun, 

ia menegaskan: "Kerugian tidak pernah 

menyurutkan semangat hidup saya.

" Hal ini dibuktikannya dalam menyikapi 

suka-dukanya di PT Astra Internasional,

 yang didirikan dan dibesarkannya tetapi 

harus dilepaskannya, demi tanggung jawab 

pribadinya atas masalah yang menimpa 

Bank Summa, milik putera sulungnya 

Edward Soeryadjaya, di tahun 1992.

 

Hal ini telah menghantarkannya dan 

segenap keluarganya ke masa-masa yang 

amat sulit. Namun, kesulitan itu tidak sampai 

mengambil suka-cita yang bersemi di hatinya. 

Ia menyerahkan semuanya 

kepada kehendak Allah.

Oom Willem, memang bukan sekedar figur 

pebisnis yang sukses dalam bidangnya. 

Sebagai pendiri PT Astra Internasional, 

Oom Willem memang bukan saja telah 

mendirikan sebuah perusahaan yang 

dihormati baik di dalam maupun luar 

negeri oleh karena profesionalisme dan 

integritasnya. Lebih dari itu, lewat visi dan 

komitmen sosialnya, Oom Willem juga telah 

membuktikan sumbangsihnya kepada 

bangsa Indonesia dalam mengangkat 

ekonomi nasional dalam arti seluas-luasnya, 

di antaranya menciptakan lapangan kerja 

bagi puluhan ribu masyarakat Indonesia.

Visi memang merupakan salah satu kata 

kunci dalam kiat menyelami tokoh bangsa 

yang pada usianya yang sudah berkepala 

delapan, tetapi masih terlihat bugar ini. 

Visi tersebut yang memandu seluruh 

kemampuan, dan terutama dalam 

pengembangan sumber daya manusia, 

serta pencapaian tujuan dengan penerapan 

azas corporate governance yaitutransparency (transparansi), 

responsibility (tanggung jawab) dan accountability (pertanggungjawaban). 

Dimensi-dimensi ini yang acap kali tergeser 

ataupun terlupakan oleh sementara orang, 

dalam prioritas pengembangan bisnis 

maupun perekonomian.

Semenjak berdirinya Astra, Oom Willem 

selalu mementingkan pengembangan 

kemampuan dan peningkatan pendidikan 

sumber daya manusia, yang kemudian 

diterapkan secara konsisten dalam 

program-program pelatihan dan beasiswa 

bagi karyawan. Pada saat awal tahun 70-an, 

banyak tenaga kerja yang dikirim ke Amerika, 

Eropa maupun Jepang untuk menambah 

ilmu dan keterampilan. 

Lebih lagi, kesan yang sangat melekat pada 

diri Astra adalah banyaknya tenaga kerja 

pribumi yang dipekerjakan, baik pada 

tingkat karyawan biasa maupun dalam 

jajaran pimpinan. Ini salah satu wujud 

ketulusan, kebanggaan dan kecintaannya 

sebagai warga bangsa Indonesia kepada 

bangsa dan negaranya. "Saya cinta 

Indonesia, saya lahir, hidup dan berkarya 

di Indonesia," tandas Oom Willem 

dengan tulus.

Selain itu, Oom Willem sangat 

mementingkan nilai-nilai seperti naluri, 

loyalitas dan rasa percaya dalam merekrut 

tenaga. Dengan basis ini, banyak inovasi 

bisnis dari pihak karyawan yang disetujui 

untuk diuji-coba apabila dianggap layak, 

agar para karyawan terpacu untuk 

mengasah kreativitas mereka. 

Rasanya tidaklah berlebihan apabila 

sebagai sebuah perusahaan, nama Astra 

tidak terlepas dari sejarah, dan menjadi 

identik dengan kata-kata seperti integritas, 

dan public service 

(layanan kepada masyarakat).

Kendati demikian, PT Astra pun mengalami 

jatuh-bangun, banyak mendapat guncangan, 

terlebih dari lawan-lawan bisnis yang boleh 

jadi iri hati atas suksesnya. Oom William 

dijatuhkan lewat penutupan Bank Summa 

milik Edward Soeryadjaya, anak pertamanya, 

periode tahun 1992-1993. Inilah badai 

terbesar dalam perjalanan bisnis 

sang pendekar ini. 

Oom William pasrah. Ia selalu kembalikan 

kepada Tuhan. Ia selalu berpegang pada 

prinsip: Manusia berusaha, Tuhan menentukan. 

Yang paling penting baginya ketika itu adalah 

nasib para karyawan dan nasabah 

Bank Summa. Ia teramat sedih 

membayangkan pegawai sebanyak itu 

harus kehilangan mata pencahariannya. 

Oleh karenanya ia rela menjual saham-

sahamnya di Astra guna memenuhi 

kewajiban Bank Summa. 

Banyak spekulasi yang berkembang ketika 

Oom Willem terpaksa menjual sahamnya 

di Astra. Spekulasi yang banyak diyakini 

orang adalah adanya rekayasa pemerintah 

untuk menjatuhkan Oom Willem. Namun, 

Oom Willem sendiri tidak pernah merasa 

dikorbankan oleh sistem. Semua itu 

dianggapnya sebagai konsekuensi bisnis. 

Ia tidak mau larut dalam tekanan spekulasi 

dan keluhan. Melainkan ia pasrah dengan 

tulus kepada kehendak Tuhan. Dengan 

ketulusan itu pula, ia terus melangkah 

maju ke depan dengan pengharapan yang 

hidup. Dan, kini, salah satu kepeduliannya 

yang terbesar adalah bagaimana Astra 

dapat terus berperan sebagai agen 

pertumbuhan ekonomi nasional, 

yang antara lain dapat membuka lapangan 

kerja lebih luas.

Memang, membuka lapangan kerja, adalah 

salah satu impiannya yang tetap membara 

dari dulu hingga kini. Sebuah impian dan 

obsesi yang dilandasi kepeduliannya 

kepada sesama. "Salah satu hasrat saya 

dari dulu adalah membuka lapangan kerja,

" katanya. Apalagi kondisi Indonesia saat ini, 

yang dilanda krisis ekonomi, yang berakibat 

bertambahnya pengangguran. 

Impian inilah yang mendorong Omm Wilem 

membeli 10 juta saham PT Mandiri Intifinance. 

Di sini, ia mengumpulkan dana untuk 

diinvestasikan ke dalam pengembangan 

usaha petani-petani kecil dan 

small and medium enterprises 

(usaha-usaha kecil dan menengah).

 Agar dapat menciptakan lapangan-lapangan 

kerja baru dan meningkatkan 

daya beli masyarakat, yang pada akhirnya 

akan mengangkat bangsa ini dari keterpurukan.

Tidak ada komentar: