Minggu, 02 November 2008

TOMMY WINATA



  
 ► e-ti/bisnis 
 Nama
Tommy Winata

Nama Kecil:
Oe Suat Hong

Lahir:
Pontianak, Kalimantan Barat, 1958

Agama:
Buddha

Jabatan:
- Bos Grup Artha Graha

Kegiatan Lain:
Wakil Ketua Dewan Penyantun Perwakilan Umat Buddha Indonesia

Alamat Kantor:
Gedung Artha Graha, Sudirman Central Business District, Jalan Sudirman, Jakar



 
   
 
 
► Selamat datang di situs gudang pengalaman  ► Thank you for visiting the experience site  ► TOKOHINDONESIA DOTCOM  ► Biografi Jurnalistik   ► The Excellent Biography  ► Database Tokoh Indo

Bos Grup Artha Graha

 

Bos Grup Artha Graha, Tomy Winata alias

Oe Suat Hong, kelahiran Pontianak, 1958,

salah seorang pengusaha sukses di 

negeri ini. TW, panggilan akrabnya, dikenal

akrab dengan kalangan militer. Dia seorang

yang ulet, memulai usahanya dari bawah,

sejak remaja. Maklum, dia yatim-piatu, miskin.

Tapi, kini dia seorang konglomerat yang

sukses membangun imperium bisnis

di bawah Grup Artha Graha.

 

Awalnya, 1972, pada usia 15 tahun,

seseorang memperkenalkan TW kepada

komandan rayon militer di Kecamatan

Singkawang, Kalimantan Barat. Kemudian,

buah perkenalan itu, TW dipercaya

membangun kantor koramil di Singkawang. 

Sejak itulah hubungan bisnisnya dengan militer

terus berlangsung, terutama dengan beberapa

perwira menengah dan tinggi. Dia sering

dipercaya mengerjakan proyek, mulai dari

membangun barak, sekolah tentara, menyalurkan

barang-barang ke markas tentara di Irian Jaya

dan di tempat-tempat lain seperti Ujungpandang

dan Ambon. 

Keuletan dan kebersahajaan penampilannya

yang jauh dari kesan mewah, perlente,

tampaknya membuat mitra bisnisnya lebih

mempercayainya. Sehingga dalam waktu

sepuluh tahun, TW berhasil mengembangkan

imperium bisnisnya. Dia mendirikan 

PT Danayasa Arthatama (1989). Perusahaan ini,

bermitra dengan Yayasan Kartika Eka Paksi,

milik Angkatan Darat, membangun proyek

raksasa Sudirman Central Business District

(SCBD) yang menelan investasi US$ 3,25 miliar,

direncanakan rampung 2007. 

Di samping bergerak di bidang properti,

bisnis TW juga meliputi perdagangan,

konstruksi, perhotelan, perbankan,

transportasi, dan telekomunikasi.

Imperium usahanya sekurangnya terdiri

atas 16 perusahaan.

 

Pria berdarah Taiwan ini memiliki

sejumlah kapal pesiar dan ikut mengelola

usaha pariwisata di Pulau Perantara dan

Pulau Matahari di Kepulauan Seribu.

Dalam kaitan ini, pada Mei 2000, dalam

suatu acara dialog di sebuah stasiun

televisi swasta bersama Presiden

Abdurrahman Wahid, ditenggarai di kapal

pesiar dan Kepulauan Seribu itu ada

judi besar-besaran. Sehingga Gus Dur

bereaksi: “Tangkap Tomy Winata.”

Tapi, saat pihak aparat, bahkan Komisi B

(Bidang Pariwisata) DPRD DKI Jakarta

melakukan inspeksi mendadak ke pulau itu,

tidak ditemukan bukti sebagaimana yang

dituduhkan Gus Dur. Ternyata, Pulau Ayer

dikelola Pusat Koperasi TNI Angkatan Laut,

bekerjasama dengan PT Global. 

Namanya sering dikaitkan dengan mafia

judi bersandi 'Sembilan Naga' yang beroperasi

di berbagai negara, antara lain Indonesia,

Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Makao.

Namun, sampai sekarang belum ada

bukti hukum yang menegaskan bahwa

ia adalah raja judi. Bahkan, kepada Majalah

Forum, November 2001, TW menegaskan

“Sejak dulu dan sampai hari ini, tidak ada

bisnis saya yang bergerak di bidang perjudian.

Semua usaha saya legal dan resmi.” 

Orang-orang di sekitarnya juga malah

menyebutnya sebagai "orang baik" yang suka

menolong kaum miskin. Sikapnya

ramah dan terbuka. Bicaranya lugas,

humornya tinggi. Penampilannya jauh dari

kesan perlente. Jarang memakai jas dan dasi,

laiknya konglomerat. Ayah lima anak ini lebih

suka memakai setelan safari lengan pendek

berwarna gelap.

 

Bisnis Benih Padi Hibrida

Belakangan Tommy Winata makin serius

menggarap bisnis benih padi hibrida.

PT Sumber Alam Sutera (SAS), anak

perusahaan kelompok usaha Artha Graha, awal

November 2006 menggandeng perusahaan 

China,Guo Hao Seed Industry Co Ltd.


Kongsi ini akan menanamkan US$5 juta

untuk membangun Pusat Studi Padi Hibrida

(Hybrid Rice Research Center) di Indonesia

yang ditargetkan beroperasi April 2007,

bekerja sama dengan Badan Penelitian Padi

(Balitpa) Departemen Pertanian.

Penandatanganan nota kesepahaman 

terkait kerja sama antara PT SAS,Guo Hao,

dan Balitpa,dilangsungkan Senin malam 

13/11/2006,disaksikan Mentan Anton

Apriyantonoyang dan dihadiri Tommy Winata. 

Nota kesepahaman tersebut diteken oleh

Presdir Sichuan Guo Hao Seed Industry

Co Ltd Jing Fusong, Presdir SAS Babay Chalimi,

dan Kepala Balitpa Achmad Suryana.

 

Pembangunan pusat studi padi hibrida ini

direncanakan selesai dalam enam bulan ke

depan sehingga dapat digunakan untuk

mengembangkan sejumlah varietas padi

hibrida asal China yang diharapkan bisa

meningkatkan produktivitas padi menjadi

8 ton-12 ton per hektare.

Presdir SAS Babay Chalimi mengatakan

sampai sekarang belum ada pusat penelitian

padi hibrida di dalam negeri. Sedangkan

China itu sudah sangat berpengalaman

di bidang ini. "Kami akan bangun Hybrid Rice

Research Center joint dengan China dengan

dana investasi awal US$5 juta," kata Babay.

Tidak ada komentar: