Minggu, 02 November 2008

ANTHONY SALIM


  
 ► e-ti/car 
 Nama
Anthony Salim alias Liem Hong Sien 
Lahir
-
Isteri:
-
Anak:
- -
Ayah:
Sudono Salim alias Liem Sioe Liong
Ibu:


Pendidikan:


Pekerjaan:
- CEO Salim Group
- Presiden Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Penghargaan:
- Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005

Alamat Rumah:
J

 
 
   
 
► Selamat datang di situs gudang pengalaman  ► Thank you for visiting the experience site  ► TOKOHINDONESIA DOTCOM  ► Biografi Jurn

 Generasi Kedua 

Salim Group


Anthony Salim alias Liem Hong Sien,
CEO Group Salim (generasi kedua)
terpilih sebagai salah seorang 10 Tokoh
Bisnis Paling Berpengaruh 2005 versi
Warta Ekonomi. Dia dinilai berhasil
membangun kembali kerajaan bisnis
Salim Group, setelah sempat mengalami
kemunduran akibat krisis ekonomi 1998.

 

Sebelum krisis moneter dan ekonomi 1998, 

Group Salim terbilang konglomerasi 

terbesar di Indonesia dengan aset mencapai 

US$ 10 milyar (sekitar Rp 100 trilyun). 

Majalah Forbes bahkan pernah menobatkan 

Liem Sioe Liong, pendiri Grup Salim, 

sebagai salah satu orang terkaya di dunia.

 

Bank Central Asia, miliknya di-rush pada 

saat krisis multidimensional 1998 itu. Untuk 

mengatasinya, terpaksa menggunakan BLBI 

dan akibatnya berutang Rp 52 trilyun.

 Anthony yang sudah dipercayakan 

memegang kendali perusahaan menggan

tikan ayahandanya Sudono Salim 

(Liem Sioe Liong) ini pun bertanggung jawab.

 

Dia melunasi seluruh utangnya, walaupun 

harus terpaksa melepas beberapa perusahaan. 

Di antara perusahaan yang dilepas adalah 

PT Indocement Tunggal Perkasa, PT BCA 

(kemudian dikuasai Farallon Capital dan 

Grup Djarum) dan 

PT Indomobil Sukses Internasional.

 

Namun, dia tetap mempertahankan 

beberapa perusahaan, di antaranya 

PT Indofood Sukses Makmu Tbk, dan 

PT Bogasari Flour Mills, yang merupakan 

produsen mi instan dan terigu terbesar 

di dunia. Selain itu juga berkibar beberapa 

perusahaan di luar negeri, di antaranya 

di Hong Kong, Thailand, Filipina, Cina 

dan India.


Salah satu upayanya mendongkrak penjualan 

mi instan produknya, dia menggandeng 

Nestle SA. Langkah ini dipercaya bisa 

mendongkrak nilai tambah Indofood, 

andalannya. Putra taipan Liem Sioe Liong 

ini tak mau kerajaan bisnisnya, 

PT Indofood Sukses Makmur Tbk., berhenti 

berekspansi dan berinovasi. “Setiap 

perusahaan harus berbenah diri, apalagi 

dalam iklim kompetisi,” kata Anthony. 

Untuk mendukung rencananya itu, Anthony 

pun menggandeng Nestle S.A. Keduanya 

sepakat untuk memperlebar pangsa pasar 

Indofood dan Nestle.


Deal bisnis antara dua kerajaan makanan 

dan minuman ini berujung pada pendirian 

PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia. 

Perusahaan berstatus PMA ini menyedot 

dana Rp50 miliar, dengan masing-masing 

pihak menyetor 50%. 
“Pendirian usaha patungan baru ini akan 

menciptakan peluang untuk memanfaatkan 

dan mengembangkan kekuatan yang 

dimiliki kedua perusahaan,” kata Anthony. 

Ia percaya reputasi yang dimiliki kedua 

perusahaan setidaknya bisa mendongkrak 

nilai tambah bagi masyarakat dan 

pemegang saham.


Perusahaan tersebut akan bergerak di bidang 

manufaktur, penjualan, pemasaran, 

dan distribusi produk kuliner. 

Mulai April 2005 lalu, pada botol kecap 

merek Piring Lombok sudah ditemukan “cap”

perusahaan patungan tersebut. Ke depan, 

Indofood masih akan memberi lisensi 

penggunaan merek produk kuliner kepada 

Nestle-Indofood.


Indofood sendiri memiliki kekuatan pada 

profil produksi rendah biaya, jangkauan 

distribusi yang luas, dan kecepatan 

menjangkau konsumen melalui anak 

perusahaannya, PT Indosentra Pelangi, 

yang menjadi pemain utama di bidang 

industri bumbu penyedap makanan. 

Sementara itu, Nestle bergerak di bidang 

produksi dan penjualan berbagai produk 

makanan dan minuman, termasuk mi instan 

dan bumbu penyedap makanan di seluruh 

dunia. Kekuatan perusahaan asal Swiss 

itu ada pada riset dan pengembangan yang 

kuat dalam memproduksi makanan dan nutrisi.


Anthony melihat bahwa perusahaan yang 

dipimpinnya adalah kapal yang besar 

dengan 50.000 karyawan. Harus ada 

komunikasi yang baik agar kinerja 

perusahaan dapat terfokus tajam dalam 

melihat pasar. Kata Anthony, sebenarnya 

aktivitas bisnis yang dilakukan selama ini 

banyak, hanya saja tidak terlihat. “Indonesia 

masih menjanjikan imbal hasil yang tinggi 

dalam bisnis,” ungkapnya.

Tidak ada komentar: