Minggu, 02 November 2008

RAHMAT GOBEL



 
  
 ► e-ti 
 Nama:
Rahmat Gobel
Lahir:
Jakarta, 3 September 1962
Agama:
Islam

Pendidikan:
Chuo University, Jepang

Pekerjaan:
Presiden Direktur PT National Gobel; 

Organisasi:
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronika Indonesia

 
 
 


 

Generasi Kedua 

National Gobel


Sebagai pemegang kendali 

perusahaan eletronik nasional 

terbesar namanya tak asing lagi 

di telinga. Ia sebagai generasi 

kedua, penerus National Gobel. 

Kepiawaiannya mengembangkan 

industri elektronik, didukung 

tenaga-tenaga ahli pilihannya dari 

dalam maupun luar negeri mampu 

menghasilkan produk-produk 

elektronik kebanggaan Indonesia. 

Pria kelahiran Jakarta, 3 September 

1962 ini terkenal aktif menjaga 

kepercayaan investor agar mereka 

bertahan di Indonesia, sekalipun 

beberapa perusahaan elektronik 

asing akhirnya hengkang. Maka ia terus 

berupaya mengajak pemerintah untuk 

menyelami apa yang dibutuhkan 

pengusaha demi kebangkitan industri 

elektronik di tanah air. 

Anak ke lima dari tujuh bersaudara dan 

anak lelaki tertua mendiang H Thayeb 

Mohammad Gobel ini terus berupaya 

‘mempertahankan’ perusahaan warisan 

ayahnya ini. Ia bukan saja mengelola 

bisnisnya agar tetap bertahan di tengah 

masa krisis, namun juga berusaha 

membangun perusahaan sekaligus 

membangun tempat kerja bagi 

banyak orang. “Karena perusahaan ini 

tempat banyak orang bergantung,” katanya.

Untuk itu, ia terus berupaya agar 

produknya diterima masyarakat. Jika saat 

ini produknya lebih banyak dikenal dengan 

merek Panasonic, karena memang 

menyesuaikan dengan nama perusahaan 

yang terus berubah. PT. National Gobel 

bergandengan dengan Panasonic sudah 

36 tahun lebih. Komposisi kepemilikan 

saham yang senantiasa berubah 

menyebabkan namanya juga terus 

mengalami penyesuaian. Panasonic 

merupakan brand yang dimiliki Matsushita 

Electric di Jepang. Sedangkan National 

adalah merek yang dimiliki oleh 

perusahaan miliki keluarga Gobel.

Tahun 1970, Panasonic bekerjasama 

dengan National Gobel dalam penjualan 

produk-produk perusahaan Jepang 

tersebut di Indonesia. Sedangkan tahun 

1980 nama National Gobel berubah 

menjadi Gobel Dharma Nusantara dan 

di tahun 1991 berubah menjadi 

National Panasonic Gobel. Dan akhirnya 

mulai 1 April 2004 berganti nama menjadi 

PT. Panasonic Gobel Indonesia. 

Sebagai Presiden Komisaris 

PT. Panasonic Gobel Indonesia (PGI), 

Rahmat mengaku memulainya dari bawah.

 “Tidak serta merta begitu saja saya 

mendapatkan tempat dijajaran 

Direksi National Panasonic Gobel, tetapi 

melalui proses yang panjang,” katanya. 

Rahmat mengaku mengenal pabrik 

ayahnya sejak Sekolah Dasar. Bahkan 

setiap hari minggu, ketika teman-teman 

sebayanya asyik bermain, ia malah diajak 

‘ngantor’ sang ayah, Almarhum 

H. Thayeb Mohammad Gobel.

Sang ayah berusaha memperkenalkan 

dunia usahanya itu sejak Rahmat kecil. 

Rahmat sering diajak diskusi, “Pokoknya 

diajak ngobrol apa saja walaupun saya 

tidak tahu,” ujarnya mengenang. Masa SMP 

bahkan SMA lebih intens lagi. Ia sudah 

terbiasa memahami pabrik. Belakangan 

Rahmat tahu jika ayahnya itu ingin dirinya 

bisa mewarisi nilai-nilai bisnisnya. Untuk itu, 

selepas SMA Rahmat dikirim ke Jepang. 

Selama enam tahun ia belajar di sana. 

Bahkan ia belajar tentang kultur perusahaan 

selama setahun di Negara Sakura itu.

 

Kembali ke Indonesia, tahun 1988 ia 

ditempatkan sebagai tenaga pelatih di 

pabrik baterai. “Saya tidak langsung jadi bos. 

Saya memulai sebagai karyawan baru,

” katanya. Satu tahun kemudian, ia baru 

masuk jajaran manajemen menengah yang 

terlibat membuat perencanaan manajemen. 

Beruntung ia sudah belajar globalisasi, 

pergerakan bisnis dan perkembangan 

pabrik ke depan. Sejak saat itulah ia merasa 

bisa berkiprah. Lalu diundangnya investasi 

langsung Matshushita. Hasilnya, sekarang 

perusahaannya berorientasi ekspor.

Falsafah Pohon Pisang dan Air Mengalir
Dalam berkarya, Rahmat Gobel selalu 

memadukan dua filosofi sebagai dasar

 orientasi. Filosofi ‘pohon pisang’ diperoleh 

dari Bapak Gobel, ayahanda Rahmat Gobel. 

Sedangkan filosofi ‘air mengalir’ dari 

Bapak Matsushita rekan bisnis group gobel. 

Pohon pisang mudah tumbuh di mana saja 

dan setiap bagiannya dapat memenuhi 

kebutuhan hidup manusia. Air pun demikian, 

tersedia dalam jumlah yang relatif banyak 

dan dapat digunakan untuk berbagai 

keperluan, sesuai kebutuhan. Realisasi 

dari keduanya adalah penciptaan produk 

berkualitas tinggi yang selalu disesuaikan 

dengan kebutuhan masyarakat.

Kedua filosofi itulah yang selalu dipakai 

Rahmat sebagai pijakan kiprahnya di dunia 

usaha. Sehingga, akhirnya ia mampu 

‘menelorkan’ berbagai produk yang 

berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan 

pasar. Ambil saja contoh, industri baterai 

yang dimiliki PT. Panasonic Gobel Battery 

Indonesia (PGBI). Sebagai produsen baterai 

mangan, baterai lithium dan senter dengan 

brand Panasonic, Rahmat Gobel membawa 

PGBI mengukir prestasi menjadi salah satu 

yang terbesar di antara keluarga Panasonic 

Baterray Group yang tersebar di 14 negara.

Hasil produksinya masuk dalam pasar lokal 

maupun global pada lebih dari 60 negara. 

Bukan itu saja sejak tahun 2002 (dari tahun 

berdiri 1972-red) PGBI telah mencapai 

kebebasan finansial dan menjadi 

perusahaan dengan pinjaman nol. Suatu 

prestasi yang patut dibanggakan dan 

disyukuri tentunya.

Bisnis Berwawasan Lingkungan
Rahmat percaya, bahwa berkarya di industri 

elektronik sambil tetap menjaga kelestarian 

alam, bukanlah sesuatu yang sulit untuk 

diwujudkan. Sebab menurutnya, kualitas 

lingkungan sama pentingnya dengan 

kualitas produksi. Karena itu usahanya 

selalu didukung dengan teknologi 

pengolahan limbah yang efektif. Selain 

terus berupaya menjaga kelestarian 

lingkungan, juga menerapkan standard 

global sebagai orientasi kepedulian lingkungan. 

“Menciptakan produk yang berwawasan 

lingkungan bukan saja upaya kami dalam 

menjaga kelestarian alam. Namun ini juga 

menjadi salah satu tiket untuk bisa masuk 

ke pasar Eropa dan Amerika. Jadi menjaga 

lingkungan adalah mutlak diperlukan di 

setiap dunia industri,” katanya. 

Karena prinsip kelestarian lingkungan terus 

dipegangnya, tak heran jika perusahaan 

yang dibawah kendalinya itu beberapa kali 

telah mengantongi penghargaan. Seperti 

sertifikat untuk menagemen mutu ISO 9002

 tahun 1994, sertifikat untuk sistem 

managemen lingkungan ISO 14001 tahun 

1997, dan berbagai sertifikat lain sebagai 

bukti keunggulan produksinya. Bahkan 

Pemerintah Daerah Bekasi pernah 

memberikan penghargaan sebagai 

industri yang memenuhi kebutuhan dan 

pengembangan karir pekerja wanita. 

Terakhir ini salah satu factorynya meraih 

Peringkat Hijau dari kantor Kementrian 

Lingkungan Hidup (KLH) dalam evaluasi 

PROPER (Program for Pollution Control 

Evaluation and Rating) 2004/2005. “Ini 

semua adalah hasil komitmen kami 

sebagai perusahaan yang peduli pada 

lingkungan,” ujar Rahmat. 

Lepas dari itu semua, di setiap langkah 

menjalankan usahanya, Rahmat selalu 

menekankan pada setiap karyawan dengan 

lima budaya kerja, yang ia sebut sebagai 

5S budaya dasar kerja. Yaitu, 

Seiri (Pemilahan), Seiton (Penataan), Seiso 

(Pembersihan), Seiketsu (Pemantapan) 

dan Shitsuke (Pembiasaan). Kelima dasar 

inilah yang hingga kini menjadi kebudayaan 

bahkan kebiasaan para karyawannya. 

“Dengan memilah mana yang masih 

dipakai dan mana yang sudah tidak dipakai, 

menata rapi pada tempatnya, menjaga 

kebersihan, membiasakan efisiensi, akan 

menjadi budaya yang akhirnya menjadi 

perilaku yang baik. Itulah dasar kerja kami,”

Tidak ada komentar: