Minggu, 02 November 2008

RAAM PUNJABI



 
  
 ► e-ti/rpr 
 Nama
Raam Jethmal Punjabi 
Lahir
Surabaya, 6 Oktober 1943
Jabatan:
Chairman dan CEO Tripar Multivision Plus
Isteri:
Shanta Ramchand Harjani (Raakhee Punjabi)
Anak:
- Ameet Punjabi (Alm)
- Karuishma Punjabi
- Amrit Punjabi
Ayah:
Jethmal Tolaram Punjabi
Ibu:
Dhanibhai Jethmal Punjabi

Karir:
- Karyawan Toko P Vishindas, Pasar Baru, Jakarta dan Pedagang pakaian keliling di sekitar Menteng, Jakarta, 1958-1961
- Bisnis lingerie, 1961-1963
- Bisnis mail order, 1963-1968
- Bisnis impor film, 1969
- Mendirikan dan memimpin PT Panorama Film (produksi perdana Mama, stradara Wim Umboh), 1971-1979
- Mendirikan dan memimpin PT Tiga Cakra Film (produksi perdana Romantika Remaja, sutradara Yopie Burnama, 1979
- Mendirikan dan memimpin PT Parkit Film (produksi perdana Pintar-Pintar Bodoh, 1980), 1979
- Mendirikan dan memimpin PT Tripar Multivision Plus, 1990 (sampai Agustus 2005 telah memproduksi lebih 200 judul sinetron)
- PT Rapi Film (dalam royalti) 
- PT Parkit Commercial Production 
- PT Inem Film (dalam royalti) 
- PT Kanta Indah Film (dalam royalti) 
- PT Virgo Putran Film (dalam royalti) 
- PT Tiga Cakra Film 
Sarinande Films (dalam royalti) 

Produksi Film, al:
- Mama 
- Demi Cinta 
- Pengalaman Pertama 
- Dari Mata Turun Ke Hati 
- Mystics in Bali 
- Lady Terminator 
- Dangerous Seductress 
- The Devil's Sword 
- 5 Cewe Jagoan (Five Deadly Angels) 1980 
- Perawan Rimba (Jungle Virgin Force) 1982 
- Pintar-Pintar Bodoh (1981) 
- Kamp tawanan wanita (1983)
- Perawan rimba (1983) 
- Maju Kena Mundur Kena (1983) 
- Ferocious Female Freedom Fighters (1989) 
- Java Burn (1989) 
- Cintaku di Rumah Susun 
- Boneka dari Indiana 
- Petualangan 100 Jam 
- Buruan Cium Gue! 
- Aku Cemburu 

Produksi Sinetron, al:
- Gara-gara (1990) 
- Lika-Liku Laki-Laki 
- Tuyul dan Mbak Yul 
- Pelangi di Hatiku 
- Panji Manusia Mileninum 
- Bela Vista 
- Simfoni Dua Hati 
- Saat Memberi Saat Menerima 
- Shangrila 
- Untukmu Segalanya 
- Senja Makin Merah 
- Jin dan Jun 
- Abad 21 
- Jinny Oh Jinny 
- Dewi Fortuna 
- Saras 008 
- Bidadari 
- Doa Membawa Berkah 
- Tersanjung 
- Tersayang 
- Terpesona 
- Janjiku 
- Do'aku Harapanku 
- Hanya Kamu 
- Kehormatan 
- Wah Cantiknya 
- Kecil-Kecil Jadi Manten 
- Julia Jadi Anak Gedongan 
- Jumilah Binti Selangit 
- Bule Masuk Kampung 
- Jamilah Binti Selangit 
- Waktu Terus Berjalan 
- Indera Ke-Enam 
- ABG (Akibat Banyak Gaul) 
- Setetes Embun 
- Pena Asmara dan Kehormatan 
- Bukan Perempuan Biasa 
- Tiga Orang Perempuan, 
- Sendal Bolong untuk Hamdhani 
- Boneka Poppy (2005) 
- Titipan Ilahi (2005) 


 
 
   
 
 
► Selamat datang di situs gudang pengalaman  ► Thank you for visiting the experience site  ► TOKOHINDONESIA DOTCOM  ► Biografi Jurnalistik   ► The Excellent Biography  ► Database Tokoh Indonesia terlengkap yang tengah dikemb

Raja Penjual Mimpi 

Bertangan Dingin

 

Perjuangannya dimulai dari titik nol. 

Dia raja sinetron penjual mimpi 

bertangan dingin. Dia dipuji sebagai 

penyelamat industri film Indonesia, di 

sisi lain ia dianggap menjual mimpi. 

Tapi ia konsisten dengan apa yang 

dikerjakannya. Kota Pahlawan 

memberinya banyak kenangan dan 

inspirasi untuk meraih sukses. 

Kota Surabaya di pertengahan tahun 

1950-an, akan terus terpatri dalam 

ingatan seorang laki-laki keturunan India. 

Tentang seorang bocah kecil belasan 

tahun bernama Raam yang menyelinap ke 

dalam sebuah bioskop untuk memuaskan 

kegandrungannya menonton film. Sang 

penjaga bioskop yang baik membantu 

menyelundupkannya masuk ketika lampu-

lampu sudah dipadamkan dan 

membantunya keluar sebelum lampu-

lampu menyala kala film usai.


Laki-laki itu, Raam Punjabi, adalah si bocah 

yang gandrung film. Kini, ia tak lagi harus 

menyelundup diam-diam hanya untuk 

menonton film-film yang disukainya. 

Dialah yang kini disebut-sebut merajai 

dunia sinetron di televisi. Berbagai film dan 

sinetron yang sukses lahir dari tangan 

dinginnya.


Diakuinya, ketertarikan anak ketiga dari tujuh 

putra-putri pasangan Jethmal Tolaram 

Punjabi dan Dhanibhai Jethmal Punjabi

ini pada dunia perfilman sudah dirasakannya 

sejak ia masih kecil. Hobinya yang paling 

menonjol tentu saja menonton film dan ia 

punya kebiasaannya keluar masuk bioskop.


Dalam beberapa hal, persahabatan itu 

seperti cerita film “Cinema Paradiso” karya 

Tornatore, sebuah film indah tentang 

kenangan. Bedanya, di dalam 

“Cinema Paradiso”, persahabatan terjalin 

antara si bocah dan proyeksionis, 

sedangkan pada Raam kecil dengan 

penjaga pintu.


Raam pun berkisah, ”Pernah imbalannya 

saya boleh menonton, tetapi si penjaga 

pintu pinjam sepeda saya. Eh, sampai film 

selesai pukul dua belas malam, dia tidak 

kembali. Saya pulang ke rumah dimarahi 

Ayah.”


Tentu saja hal itu tidak membuatnya kapok. 

Ia kembali pergi ke bioskop, menemui 

sahabatnya si penjaga pintu dan

 menyelundup ke dalam bioskop setelah 

lampu padam.
Raam mengenang masa kecilnya 

di Surabaya sebagai masa yang indah dan 

penuh romantisme. Rumah orangtuanya 

terletak di kawasan Pasar Besar. Rumah 

itu merangkap toko ayahnya. Di lantai 

bawah, sang ayah berjualan karpet. 

Raam juga masih ingat, di masa itu masih 

ada trem atau kereta listrik sebagai alat 

transportasi yang digemari masyarakat 

di kotanya.
 

Pengalaman yang selalu membuatnya geli 

selain menonton bioskop diam-diam adalah 

mencuri mangga yang pohonnya berada 

di halaman sebuah rumah sakit. 

Kesukaannya pada film juga disalurkannya 

dengan ikut serta menonton film gratis yang 

diputar khusus untuk tentara.

Pencipta tren
Raam Jethmal Punjabi lahir di Surabaya, 

6 Oktober 1943. Awalnya ia tidak serta merta 

berkecimpung di dunia perfilman. Dari tahun 

1962-1963, ia bekerja di sebuah perusahaan 

tekstil. Pada tahun 1964 ia merintis sebuah 

usaha impor tekstil sampai pada akhirnya 

pada tahun 1969 ditinggalkannya.


Pada tahun 1967, Raam bersama dua 

kakaknya Dhammoo Punjabi dan Gobind 

Punjabi mendirikan perusahaan importir film, 

PT Indako Film dengan modal Rp 30 juta. 

Tiga tahun kemudian, ia mendirikan 

PT Panorama Film (1971-1976) 

yang bersama PT Aries Internasional 

Film memproduksi film “Mama” karya 

sutradara Wim Umboh.


Film yang dibuat tahun 1972 itu merupakan 

film Indonesia pertama yang menggunakan 

seluloid 70 milimeter, tapi kurang laku ketika 

dilempar ke pasar. Tak putus asa, 

Raam kembali memproduksi film 

“Demi Cinta” yang dibintangi Sophan 

Sophiaan dan Widyawati. Lagi-lagi film 

produksi keduanya ini termasuk 

biasa-biasa saja dalam peredarannya. 

Namun bintang terang menyinarinya saat 

memproduksi film ketiga berjudul 

“Pengalaman Pertama.” Film ini dibintangi 

Roy Marten, Yatie Octavia, dan Robby Sugara.


Saat ini Raam Punjabi menjabat sebagai 

Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri & 

Festival di Persatuan Perusahaan Film 

Indonesia (PPFI). Ia dikenal bisa membaca 

selera pasar dan menjadi trend setter 

perfilman. Pada tahun 1980-an ketika 

kondisi perfilman Indonesia sedang 

terpuruk, Raam malah sukses menelurkan 

film komedi di jagat perfilman Indonesia 

dengan menampilkan bintang komedi 

pada saat itu trio Warkop (Warung Kopi) 

yaitu Dono, Kasino dan Indro. Malah 

sejak itu film komedi menjadi tren dan 

banyak produser mengekor membuat 

film-film komedi.


Tahun 1981, Raam mendirikan PT Parkit Film. 

Dan dalam jangka waktu 17 tahun karirnya 

sebagai produser, ia sudah memproduksi 

lebih dari 100 film. Bahkan, sekitar tahun 

1989 kala kondisi perfilman Indonesia 

benar-benar hancur, Raam tidak 

kehilangan akal. Dengan segala daya 

kreatifnya, ia segera beralih ke dunia 

sinetron yang pada saat itu baru dikenal 

sebagai jenis tontonan baru. Kebetulan, 

di saat hampir bersamaan muncul 

stasiun televisi swasta pertama yaitu RCTI.

 

Bagi Raam yang jeli, hal itu merupakan 

peluang yang baik bagi terobosannya. 

Terbukti kemudian, serial sinetron komedi

 “Gara-Gara”, yang dibintangi Lydia Kandou 

dan Jimmy Gideon yang diproduksinya 

sukses. Melambungkan kembali nama 

Lydia Kandou dan menambah ketenaran 

Jimmy Gideon tidak hanya sebagai pelawak, 

tetapi juga pemain sinetron komedi.


Kesuksesan demi kesuksesan 

mendorongnya mendirikan rumah 

produksi PT Tripar Multivision Plus dengan 

modal Rp 250 juta pada tahun 1990. 

Rumah produksi ini juga memproduksi 

sinetron-sinetron yang sukses digemari 

masyarakat.


Hingga tahun 2000-an tidak ada yang bisa 

menyaingi kebesaran Raam Punjabi dalam 

industri hiburan televisi, terutama film dan 

sinetron. “Film dan sinetron di Indonesia 

di bawah bayang-bayang keluarga Punjabi, 

dengan Raam yang berada di singgasana”, 

kata S. Sinansari Ecip dalam resonansinya 

di harian Republika, 28 Maret 2000.
Pada tahun 2004, Raam Punjabi 

menerbitkan biografinya yang berjudul

 “Panggung Hidup Raam Punjabi.” Buku itu 

memuat begitu banyak pengalamannya 

sampai menjadi sukses sebagai raja 

sinetron seperti sekarang. RH

Raam Jethmal Punjabi (2)
Dari Lingerie ke Layar Kaca

Di satu sisi ia dipuji sebagai penyelamat 

industri film Indonesia, di sisi lain ia 

dianggap menjual mimpi. Tapi ia 

konsisten dengan apa yang dikerjakannya.

Berkunjung ke kantor Multivision Plus, 

rumah produksi Raam Punjabi, maka kita 

akan menemukan beberapa wajah jelita 

dan ganteng para artis sinetron yang tengah 

diproduksinya tengah mengurus masalah 

kontrak atau hal-hal lain di kantor itu.


Paras yang rupawan memang ciri khas yang 

begitu menonjol dan tak dapat ditanggalkan 

dari sinetron-sinetron yang diproduksi Raam 

Punjabi. Semua artis pemainnya memiliki 

paras yang cantik dan ganteng. Cerita-cerita 

sinetronnya kebanyakan tentang tokoh-tokoh 

berwajah rupawan dari kelas menengah ke 

atas dan jalinan kisahnya sendiri terkadang 

terlalu dibuat-buat dan jauh dari realita. 

Hal itu menyebabkan berbagai kritik 

dilontarkan pada sinetron hasil rumah 

produksinya. Namun Raam tidak bergeming.


Bukan sekali Raam dituduh sebagai 

”penjual mimpi”. Diakuinya sendiri, 

artis yang main di sinetronnya, apa pun 

perannya, harus cantik. ”Jangankan artis, 

di kantor saya semua cantik-cantik,

” katanya sambil tertawa.


Namun bukan berarti ia mau menerima 

tuduhan menjual mimpi.


”Kalau saya gagal dalam usaha, bisa nggak 

saya pasang tulisan di sini: Toko Penjual 

Mimpi. Tidak mungkin, kan? Adakah orang 

yang membeli mimpi? Tetapi, kalau saya 

taruh di situ Raam Punjabi Penjual Harapan, 

saya jamin banyak yang datang. Persentase 

mimpi menjadi kenyataan itu nol koma sekian 

persen, tetapi kalau harapan jadi kenyataan 

itu banyak,” katanya panjang lebar.


Menurutnya, istilah ‘menjual mimpi’ itu salah. 

Namun meski ia ingin sekali menjelaskan 

perbedaan antara mimpi dan harapan yang 

dimaksudnya, Raam mengaku tidak punya 

cara dan waktu untuk menyosialisasikan 

pikirannya dalam bentuk tulisan. Ia hanya 

percaya pada karya dan perbuatan.
Apapun tuduhan orang, tidak bisa dipungkiri 

bahwa Raam amat konsisten dengan apa 

yang dikerjakannya. Itulah kunci 

kesuksesannya sebagai raja sinetron 

saat ini.


Bukan berarti apa yang dijalaninya terasa 

mudah. Raam pernah merasakan pahit 

getir dan susahnya kehidupan ketika 

usianya masih relatif muda. Di usia 

belasan, ayahnya meninggal dunia. 

Dengan restu ibunya, Raam muda nekat 

pindah ke Jakarta untuk mengadu nasib.


Awal kehidupan di Jakarta dia lalui 

dengan menjadi pegawai toko kain 

di kawasan Pasar Baru. Setelah itu, 

Raam mencoba berjualan sendiri dengan 

cara door to do. Barang yang dijualnya 

antara lain kemeja merek Arrow, juga 

lingerie alias pakaian dalam wanita.


Soal pengalamannya menjual lingerie 

inilah maka Raam sambil tertawa berkata, 

“Dengan hanya melihat luarnya, saya bisa 

tahu ukuran seorang wanita.”


Setelah menikahi Rakhee, Raam dan 

isterinya mengarungi pasang surut dunia 

perfilman. Pada awal tahun 1970-an, 

saat dunia perfilman Indonesia mulai ramai, 

Raam memulai debut dengan 

memproduksi film “Mama”. Film berbiaya 

besar yang disutradarai Wim Umboh itu 

ternyata gagal.


Disinilah konsistensi Raam diuji. 

Ternyata ia tidak pernah menyerah. 

Setelah terus mencoba, akhirnya 

kesuksesan diraihnya saat memproduksi 

film-film bergenre komedi. Film-film yang 

dibintangi Wakop DKI (Dono-Kasino-Indro) 

itu antara lain berjudul: “Dongkrak Antik”,

 “Maju Kena Mundur Kena”, “Gantian Dong”, 

sampai sekarang masih sering diputar 

ulang di televisi.


Zaman film layar perak berganti dengan 

sinetron dan Raam tetap survive. Sinetron 

“Gara-gara” yang sukses disusul sinetron 

komedi seperti “Tuyul dan Mbak Yul”, juga 

sinetron drama seri, diantaranya

 “Doaku Harapanku.”


”Di dunia hiburan, kalau mau bikin 

komedi Anda harus ciptakan salah 

pengertian. Kalau mau bikin drama 

percintaan, Anda harus ciptakan 

saling pengertian,” kata Raam. 

Soal moralitas
Saat ini, dunia hiburan yang paling banyak 

menyedot perhatian masyarakat adalah 

sinetron. Kegandrungan masyarakat di kota 

dan desa terhadap sinetron digerakkan oleh 

cita rasa yang sama. Baik film maupun 

sinetron, telah menjadi magnet yang 

menyedot kesadaran penontonnya. 

Ini budaya massa yang didalamnya 

terkandung ikon-ikon yang pengaruhnya 

menghujam kesadaran pemirsa.


Tanpa disadari apa yang disuguhkan 

sinetron kerap ditiru oleh penontonnya. 

Dari hal-hal yang ringan seperti mode 

pakaian, rambut, sepatu dan aksesoris 

sampai hal-hal yang patut dipertimbangkan 

seperti etika, moral dan tingkah laku.
Di tengah-tengah gempuran aneka judul 

sinetron yang diputar setiap hari, menjadi 

sulit menyaring mana sinetron yang 

berdampak baik maupun buruk bagi 

penontonnya.


Raam Punjabi, sang raja sinetron yang 

sinetronnya paling banyak bertaburan di 

televisi kemudian ikut dituding sebagai 

salah satu pihak yang ikut menyebabkan 

degradasi moral. Sinetron Raam kerap kali 

mengeksploitasi kemewahan gaya 

masyarakat urban kota metropolitan. 

Disusul kemudian, salah satu film 

Raam yang berjudul “Buruan Cium Gue” 

pernah menimbulkan polemik dan 

akhirnya dicabut dari peredaran.


Namun, Raam Punjabi berkilah pihaknya 

tidak pernah membuat produk sinematografi 

yang merusak moral bangsa Indonesia. 

Menurutnya, tidak ada satupun rumah 

produksi yang punya tujuan dan niat 

merusak moral dan akhlak bangsa, serta 

merusak jalan pikiran orang. Semua 

beranjak dari satu niat yang murni untuk 

memberikan hiburan dan sesuatu yang 

baik bagi masyarakat.


Raam menampik anggapan masyarakat 

bahwa produk sinetron dan film yang dia 

hasilkan hanya semata menjual 

kemewahan dan mimpi.


”Yang saya ingin bangkitkan adalah 

harapan dan semangat dan itu terlihat jelas 

dalam produk kita," ujarnya.
Menurut dia, wajar saja bila ada masyarakat 

yang menolak sinetron dan filmnya karena 

tidak sesuai dengan moral dan nilai-nilai 

ketimuran. Beda pendapat sah-sah saja 

dan selera berbeda itu tidak apa-apa. 

Kalau ada yang merasa produk itu tidak 

cocok dengan seleranya dan tidak mau 

menonton itu hak masing-masing.


Multivision Plus sesungguhnya tidak selalu 

memproduksi kisah-kisah bertabur 

kemewahan. Tahun 2001, mereka 

memproduksi sinetron serius yang diberi 

judul "Tiga Perempuan". Pemeran utamanya 

dipercayakan kepada Christine Hakim 

dengan sutradara Maruli Ara. Mereka juga 

pernah memproduksi sinteron yang berjudul

 "Bukan Perempuan Biasa", sebuah 

sinetron yang juga menampilan Christine 

Hakim sebagai pemeran utama di bawah 

arahan sutradara kondang Jajang Pamuntjak.


Raam hanya mencoba untuk membuat 

sinetron atau film yang disukai, diinginkan 

dan menjadi tren masyarakat sesuai 

dengan komitmennya memajukan industri 

sinetron dan film Indonesia.


Komitmen, semangat dan kegigihan dari 

seorang Raam Punjabi patut diteladani. 

Dari seorang penjual lingerie menjadi raja 

sinetron, bukankah itu sesuatu yang luar biasa?

2 komentar:

BIDADARI FAJAR mengatakan...

Selamat Siang Om Raam Punjabi..
nama saya iang angraini ibrahim, salam knal n salam manis:)
dari penelusuran pengalamannya yang iang baca, perjalannan Om Raam untuk mencapai sukses cukup panjang y..tapi sukses slalu deh buat Om Produser.
Setiap film layar lebar/ sinetronnya selalu Ok,,

Om Raam, saya seorang penulis, suka menulis cerita dalam bntuk naskah fiksi dsb, dari yang romance sampe yang horor.

Om Raam punjabi boleh bagi emailnya nggak?? boleh minta tolong naskahnya iang dibaca sama om produser..

ini email saya : novelisnice@yahoo.co.id
blogspot saya :
http://iang-penuliskacangan.blogspot.com

Unknown mengatakan...

Sy mau tanya pt.kanta indah film itu skrg apakah masih ada apa gk.klo boleh tau keberadaannya skrg.filmnya bagus banget.